WALHI YOGYAKARTA

Tentang Kami

Sejarah WALHI Yogyakarta

Sejarah WALHI Yogyakarta tidak terlepas dari sejarah WALHI Nasional. WALHI Nasional didirikan pada tanggal 15 Oktober 1980 sebagai reaksi dan keprihatinan atas ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber-sumber kehidupan, sebagai akibat dari paradigma dan proses pembangunan yang tidak memihak keberlanjutan dan keadilan. Menurut laman WALHI Nasional memposisikan diri sebagai bagian dari gerakan rakyat dan gerakan sosial untuk melawan dominasi kekuatan kapitalisme global dan kebijakan negara yang bertanggungjawab atas perampasan hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya rakyat yang terjadi ditingkat lokal, nasional maupun internasional. Sebagai upaya untuk menyebarluaskan pandangan dalam upaya mewujudkan cita-cita demokrasi, maka Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) sebagai organisasi advokasi skala nasional diperlukan di seluruh pelosok nusantara. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor pendorong terbentuknya WALHI di Yogyakarta. 

Pembentukan WALHI Yogyakarta, berawal dari dialog lingkungan hidup pada tanggal 19 September 19861. Saat itu, disadari ada kebutuhan bersama untuk membentuk sebuah Forum Gerakan Lingkungan di Yogyakarta yang dapat menampung aspirasi perjuangan, mempermudah koordinasi dan berbagi informasi guna pelestarian lingkungan hidup. Pembentukan forum lingkungan hidup itu juga didorong oleh keprihatinan terhadap persoalan lingkungan hidup yang senantiasa diabaikan dalam berbagai pertimbangan kebijakan pembangunan. 

Forum ini juga mempersatukan beberapa aktivis lingkungan hidup dalam membangun gerakan lingkungan hidup di Yogyakarta. Kesadaran para aktivitis ini berkembang bersama dengan diresponnya kebutuhan akan keberadaan Forum Daerah (Forda) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) di Sekretariat Nasional Jakarta. Tahun 1986, Forda  menunjuk Sri Kusniyanti menjadi penanggungjawab untuk region Yogyakarta-Jawa Tengah. Pada tahun 1989, Budi Wahyuni menggantikan Sri Kusniyanti. Periode kedua Forda ini, Budi Wahyuni tidak bekerja sendiri, karena ada kelompok kerja daerah yang dibentuk untuk membantu koordinasi dan kerja-kerja advokasi lingkungan yang dikerjakan di Sekretariat Nasional WALHI. Forum Daerah WALHI Yogyakarta resmi baru terbentuk pada tahun 1992, dengan Nur Ismanto, Nur Hidayat, dan Budi Wahyuni sebagai presidium forum tersebut untuk pertama kalinya. 

Terkait perubahan struktur kepengurusan dari presidium ke eksekutif daerah, anggota presidium Bima Widjajaputra menguraikan bahwa hal ini didasarkan pada perubahan yang tertuang dalam statuta WALHI Nasional. Di samping berpedoman pada statuta WALHI Nasional, WALHI Yogyakarta juga ikut diinisiasi tersusunnya statuta lokal untuk memberikan landasan prinsipil bagi kekhasan proses belajar dan dinamika berorganisasi di Yogyakarta yang berbeda dengan dinamika yang diatur dalam statuta nasional.  

 

Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran bahwa persoalan lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama, maka dalam keorganisasian WALHI muncul pemikiran baru untuk melibatkan masyarakat luas dalam gerakan advokasi lingkungan yang selama ini telah dilakukan. Hal ini  merubah image eksklusif WALHI menjadi lebih cair sebagai organisasi publik. Momentum inilah yang kemudian mendorong didirikannya Sahabat Lingkungan (Shalink) pada tanggal 3 Desember 2004, sebagai wadah individu dari berbagai spesifikasi keilmuan, profesi dan golongan untuk melakukan kegiatan penyadaran dan penyelamatan lingkungan. 

Dalam periode kepemimpinan WALHI Yogyakarta diawali dengan pembentukan Forum Daerah (Forda),  kemudian diubah menjadi dalam bentuk Presidium, dan selanjutnya berbentuk Eksekutif Daerah hingga kini. Meski tercatat Forda WALHI Yogyakarta berdiri tahun 1992, namun kepemimpinan Direktur Eksekutif baru tercatat sejak tahun 2005.

Dari periode ke periode, kesadaran tentang Yogyakarta menjadi daerah dengan lanskap yang cukup beragam sudah menjadi perhatian. “Ikon” Yogyakarta sebagai kota wisata makin perhatian ditambah dengan ditetapkannya Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang terpusat di Borobudur. Penetrasi modal terkait wisata menjadi penunjang krisis sosio-ekologis yang cukup masif dan melupakan tata kelola lingkungan yang memang secara luas kerap lebih banyak mengedepankan keuntungan ketimbang kepentingan sosio-ekologis.  

Advokasi lingkungan hidup yang dilakukan oleh WALHI Yogyakarta tidak dapat dibatasi dengan batas administrasi negara. Ada lima target bioregion advokasi lingkungan hidup selama periode kepengurusan WALHI Yogyakarta 2018-2022, terdapat empat isu pokok, yaitu kedaulatan pangan, air, land use, dan bencana ekologis. Saat ini ada isu yang menjadi perhatian banyak pihak, salah satunya adalah isu energi yang belum banyak dibicarakan di level perkotaan seperti Yogyakarta sebagai hilir ekspansi modal. Sehingga Isu energi menjadi penting untuk bisa memiliki perhatian selain empat isu pokok yang sudah ada sebelumnya.

Saat ini WALHI Yogyakarta dalam melakukan kerja advokasi lingkungan hidup berfokus pada krisis ekologis berbasis bioregion. Advokasi berbasis bioregion ini menjadi strategi yang dapat mendorong keterlibatan lebih banyak anggota WALHI Yogyakarta. Saat ini WALHI Yogya memetakan setidaknya terdapat lima kawasan untuk advokasi lingkungan hidup:

  1. Kawasan Menoreh.
  2. Kawasan Merapi. 
  3. Kawasan Pesisir. 
  4. Kawasan Perkotaan.
  5. Kawasan Karst.

    Dewan Daerah
    Ketua Dewan Daerah
    Julian Duwi Prasetia
    Anggota Dewan Daerah
    Khotimatul Khoeriyah
    Muhammad Muchlis
    Nurcholis

    Eksekutif Daerah
    Direktur
    Gandar Mahojwala
    Deputi Direktur
    Dimas R. Perdana
    Kepala Divisi Kampanye
    Elki Setiyo Hadi
    Staff Divisi Kampanye
    Rizky Abiyoga
    Rakli Piscae
    Kepala Divisi Keuangan
    Sisilya Putri Anugrah

     

    Kelompok Kerja Kawasan
    Koordinator Pokja Perkotaan
    Vallery Kendira A. M
    Koordinator Pokja Merapi
    Pramudito Tunggal M
    Koordinator Pokja Karst dan Menoreh


    Koordinator Pokja Pesisir

    Visi & Misi

    Visi:  WALHI Yogyakarta bersama warga, khususnya generasi muda, mewujudkan keadilan ekologis di Yogyakarta berbasis ilmu pengetahuan

    Misi 

    1. WALHI Yogyakarta mendorong keterlibatan publik dalam pengelolaan ruang 
    2. WALHI Yogyakarta mendorong penyelamatan dan keberfungsian sumber-sumber air 
    3. WALHI Yogyakarta mendorong kolektivitas dan kemandirian publik dalam pengurangan resiko bencana 
    4. WALHI Yogyakarta mendorong penyelamatan sumber-sumber pangan lokal 
    5. WALHI Yogyakarta membangun kekuatan massa kritis 
    6. WALHI Yogyakarta mempunyai goal mendorong kedaulatan rakyat dalam tata kelola sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lebih baik melalui penguatan organisasi rakyat dan pengawalan kebijakan publik.