Yogyakarta, sebagai destinasi wisata terbesar kedua setelah Bali, terus mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan melalui pengembangan sektor pariwisata. Kebijakan seperti Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Borobudur-Yogyakarta-Prambanan (BYP) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta (KSPN DIY) telah memprioritaskan pengembangan infrastruktur, diversifikasi destinasi wisata, dan peningkatan investasi. Data mencatat pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,05% pada kuartal ketiga 2024, didukung oleh lonjakan investasi hingga Rp 3,8 triliun.
Namun, keberhasilan ekonomi ini bertolak belakang dengan tingginya tingkat kemiskinan di wilayah tersebut, yang mencapai 10,83%, tertinggi di Pulau Jawa. Wilayah seperti Bantul dan Gunungkidul, yang menjadi pusat pariwisata, justru mencatatkan angka kemiskinan tertinggi. Hal ini mengindikasikan ketimpangan sosial-ekologis yang melibatkan eksploitasi lahan, tekanan lingkungan, dan pengabaian kebutuhan masyarakat lokal.