TIMELINE
SEJARAH PEMANFAATAN PANTAI SANGLEN

1950-an
Warga membuka hutan (babad alas) di kawasan Pantai Sanglen untuk lahan pertanian, setelah sebelumnya hanya mencari ikan untuk memenuhi penghidupan.

1987
Setelah proses pembukaan lahan selesai, warga yang memulai babad alas mulai bertani di lahan Pantai Sanglen: menanam tanaman palawija sesuai kondisi geografis Gunungkidul

2002
Petani setempat menanam pohon cemara udang di kawasan pantai sebagai bagian dari usaha melestarikan tanah dan menahan abrasi

2009
Aktivitas pertanian masih mendominasi; warga bahkan membayar upeti (pajak) kepada pemerintah desa setempat, yang menandakan pengakuan desa atas keberadaan pengelolaan lahan oleh warga

2016
- Dua orang warga membangun jalan akses ke Pantai Sanglen (jalan “Terjal” dan “Landani”) guna memudahkan perjalanan ke lokasi pantai
- Empat warga mulai beralih ke kegiatan ekonomi baru dengan berdagang berbagai jenis dagangan di area pantai, menandai transisi dari semata-mata bertani menuju ekonomi lokal kecil

2022
Kasultanan (Kraton), Pemerintah Desa Kemadang, dan investor (kawasan wisata “Obelix”) melakukan penggusuran terhadap warga di Pantai Sanglen. Warga dipaksa membongkar warung-warung dan kehilangan akses ke pantai, meskipun mereka telah mengelola lahan itu selama puluhan tahun.

2024
Tujuh warga kembali mencoba berdagang di pantai untuk menambah pendapatan. Namun, upaya ekonomi ini kembali dihalangi: Kasultanan, Desa Kemadang, dan pihak investor melakukan penggusuran kedua dengan ancaman penjarakan warga yang menolak meninggalkan pantai. Ancaman pidana ini menunjukkan eskalasi konflik dalam dua gelombang penggusuran.

Juni 2025
Konflik berlanjut; pada Juni 2025 warga Paguyuban Sanglen Berdaulat menerima undangan mediasi dari Kraton (tercatat pada 24 Juni 2025 untuk pertemuan sehari berikutnya) namun menolaknya. Warga menilai undangan tersebut mendadak dan diwarnai intimidasi, karena Kraton hanya mengizinkan 5 perwakilan warga bertemu aparat keamanan, pejabat desa, tim hukum Kasultanan, dan utusan pengembang Obelix.

Juli 2025
Konflik berlanjut; pada Juli 2025 warga Paguyuban Sanglen Berdaulat menerima surat penggusuran.
RELATED
PUBLIKASI TERKAIT
Dua Babak dan Satu Ancaman Penggusuran Paksa: Warga Dikorbankan, Kraton & Pemdes Kemadang Jadi Pelayan Obelix
Konflik di Pantai Sanglen merupakan suatu gambaran dari tindakan Kraton dan Pemerintah Desa
Tujuh Dekade Warga Mengelola: Kraton Baru Hadir Dan Menghapus Sejarah Rakyat Demi Kepentingan Investor Di Pantai Sanglen
Lebih dari tujuh dasawarsa kisah perjuangan warga mengusahakan Pantai Sanglen ditulis. Ini adalah
Sejarah Pemanfaatan Tanah dan Pengelolaan Pantai Sanglen
Pantai Sanglen memiliki sejarah panjang tentang apa yang telah dikerjakan dan dilakukan hingga